Sabtu, 30 Juni 2012

Setiap aksi selalu ada reaksi, siapa yang menanam benih, pada suatu saat akan menuai buah akibat penanaman benihnya. Benih padi akan panen setelah 4 bulan. Benih buah mangga akan panen setelah 6 tahun. Benih pohon jati akan panen setelah 25-50 tahun. Ada aksi yang reaksinya kembali dengan cepat dan ada aksi yang reaksinya menunggu matang dan dalam waktu lama baru reaksinya kembali. Setiap ucapan dan tindakan kita adalah benih yang telah kita tanam, hanya kita tidak tahu kapan hasil panen dari penanaman benih tersebut. Apabila ada orang yang menghina kita, melecehkan kita atau membuat kita marah, kita cukup berkata bahwa “aku tidak senang dengan tindakanmu!” Tindakan tidak menyenangkan itu harus ditanggapi agar dia tidak melakukan hal yang sama kepada kita dan orang lain, akan tetapi kita tidak perlu membalas dengan cara yang sama. Mungkin saja dahulu kita pernah berbuat demikian kepada orang lain dan kini akibatnya telah datang. Membalas menghina dan melecehkan balik akan membuat kita membuat benih aksi baru yang pada suatu kali akan datang akibat kepada kita kembali. Memukuli bantal ternyata mampu meredam emosi kemarahan kita, sehingga kita tetap berpikir jernih, kita tetap bertindak meditatif.
Pada waktu latihan ketiga Neo Self Empowerment, kita dilatih mengeluarkan tumpukan kegelisahan yang ada di dalam diri. Sebuah peristiwa tidak disimpan hanya memori peristiwanya saja, akan tetapi emosi yang menyertai peristiwa tersebut akan kita simpan juga. Kita kadang ingin marah karena boss tidak adil, tetapi demi etika kita diam, tetapi emosi kegelisahan kita simpan. Kita tidak cocok dengan tindakan orang tua, tetapi mengikuti petunjuk anak yang saleh kita diam, dan kekecewaan tersebut kita simpan dalam hati. Kita pernah mengalami trauma yang hebat, tetapi karena menjaga nama baik kita, kita diam sehingga trauma tersebut kita simpan. Itulah sebabnya semakin tua, tumpukan kegelisahan tersebut semakin banyak dan tunggu meledaknya saja. Bila kita menahan diri agar tidak meledak, maka tumpukan kegelisahan tersebut akan merusak organ dalam diri kita. Anak-anak kecil dan remaja punya jalan keluar misalnya dengan berlari sekencang-kencangmya, atau berteriak-berteriak kala naik jet coster, atau berteriak dengan teman sebaya di pantai atau di jalan setapak di lereng gunung. Tetapi kita tidak terbiasa mengeluarkan emosi kegelisahan, karena emosi tersebut kita yakini dapat melukai orang lain. Dengan latihan Voice Culturing, secara sistematis kita dapat mengeluarkan sebagian sampah-sampah kegelisahan di dalam diri. Dan, setelah selesai semua peserta mengalami kelegaan yang luar biasa. Silakan membaca buku “Seni Memberdaya Diri 1, Meditasi Untuk Manajemen Stres dan Neo Zen Reiki”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2003.


Di rumah kita tidak bisa melakukan latihan tersebut, akan tetapi dalam buku “Bersama J.P Vaswani Hidup Damai & Ceria”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2002 disampaikan cara alternatif…… Duduk santai di ranjang atau di tempat lain. Carilah posisi duduk yang paling nyaman. Yang penting Anda harus menghadapi cermin dan tersedia bantal di situ. Langkah pertama, mata di pejamkan dan bernafas cepat lewat hidung ­ nafas pendek, hanya sampai dada. Lakukan 9 kali­sembilan kali penarikan dan pengeleluaran nafas. Langkah Kedua: Mulai memukul bantal, dan sambil memukul bantal itu, keluarkan uneg-uneg Anda. Apabila Anda benci seseorang, banyangkan seolah-olah Anda sedang memukul orang itu. Keluarkan amarah yang terpendam, emosi yang selama ini tertekan dalam diri Anda. Lakukan selama kurang lebih selama 10 menit. Langkah Ketiga: Pelan-pelan bukalah mata Anda dan lihatlah cermin di depan Anda­seperti sedang bercermin. Jadilah seperti seorang anak kecil, membuat wajah-wajah lucu. Lakukan selama kurang lebih 10 menit, dan Anda akan merasakan kelegaan yang luar biasa. Setelah itu, kembali pejamkan mata Anda lagi. Dan, seterusnya silakan lihat buku “Bersama J.P Vaswani Hidup Damai & Ceria”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Seorang teman berlatih bersama, Rahmad Darmawan (http://www.facebook.com/profile.php?id=1819246698) berkomentar, dengan mukuli bantal kita terhindar dari melakukan karma buruk…… Setelah direnungkan sebentar, benar juga pendapat teman latihan kami tersebut……
Bila kita mengalami penghinaan atau tindakan yang tidak menyenangkan dari orang lain yang membuat kita marah, dan kita secara reaktif membalasnya, maka kita akan melakukan tindakan baru yang tidak menyenangkan orang juga. Padahal bila kita mau “pause” sejenak, kita bisa berpikir bahwa mungkin saja kita pernah berbuat hal seperti tersebut dan kali ini akibatnya menimpa kita. Oleh karena itu tidak perlu membalas, cukup mengungkapkan ketidaksenangan kita dan menyingkir saja. Pulang ke rumah dan emosi kemarahan kita keluarkan dengan mumukuli bantal…… Setelah kegelisahan, kemarahan, frustasi keluar, kita tidak ingin membalas terhadap orang yang menyakiti atau membuat marah kita. Dengan demikian kita tidak terlibat terhadap karma baru marah kepada orang lain. Apakah dia yang menyakiti kita akan menerima karma, sudah semestinya karena hukum alam berjalan sangat rapi, tetapi tidak perlu kita yang melakukannya sendiri.
Bagaimana caranya agar kita dapat mengendalikan diri sewaktu menghadapi seseorang yang membuat kita marah, agar kita tidak melakukan reaksi yang sama? Pertama kita perlu melatih diri, dan kedua kita perlu mengetahui dasar-dasar karma…
Pertama Praarabdha Karma, karma yang muncul pada kehidupan ini, ibarat panah yang sudah diluncurkan tak dapat ditarik kembali, sehingga pasti terjadi, inilah yang disebut takdir. Akan tetapi bila ada angin kencang bertiup, panah akan melenceng. Angin inilah grace, rahmad karunia dari Keberadaan. Bagaimana caranya? Silakan ikuti program Cutting Karma Bindings oleh Bapak Anand Krishna.
Kedua Sanchita Karma, karma yang belum matang, ibaratnya adalah anak panah yang masih berada dalam sarungnya.
Ketiga Aagami karma, pilihan melakukan karma, ibaratnya kita sudah tidak mau jadi pemburu lagi. Sudah cukup balas membalas. Kita hidup baru dengan penuh kesadaran. Kita tinggal menjalani sisa-sisa karma yang akan datang kepada kita.
Ada hal penting yang dilakukan agar kita menghadapi karma yang datang dengan penuh kesadaran. Diantaranya adalah sebanyak mungkin kita melakukan good karma, karma yoga, berbuat baik melayani orang lain atau alam semesta bukan demi kepentingan pribadi. Good karma dan mantra/japa/zikr dapat menyebabkan kita menerima rahmad, grace dari Keberadaan, Bunda Alam Semesta atau sebutan apapun bagi Yang Maha Kuasa, sehingga kita dipayungi dalam menjalankan karma ataupun kita menerima dengan besaran yang lebih kecil….. Semoga.
Untuk lebih jelasnya silakan ikuti Program Neo Self Empowerment yang dilakukan Anand Ashram di berbagai Anand Krishna Center.
Salah satu program e-learning dari One Earth College (http://www.oneearthcollege.com/) adalah Neo Interfaith Studies (http://interfaith.oneearthcollege.com/) yang mempunyai tujuan agar para peserta program dapat memberikan apresiasi terhadap keyakinan yang berbeda. Kemudian ada program Ancient Indonesian History And Culture (http://history.oneearthcollege.com/) agar para peserta program dapat mengetahui dan menghargai sejarah awal Kepulauan Nusantara. Dan ada lagi program Neo Transpersonal Psychology (http://stponline.oneearthcollege.com/) yang membahas tentang peningkatan kesadaran dari keadaan personal, ego-based menuju keadaan transpersonal, integensia-based sehingga kita dapat bekerja tanpa pamrih pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar